(Arrahmah.com) - Perataan kuburan-kuburan di Timbuktu, yang termasuk situs bersejarah keramat yang masuk dalam daftar UNESCO, telah membuat PBB, UNESCO dan orang-orang yang sepandangan dengan mereka amat marah dan mengutuk keras tindakan Mujahidin Ansar al-Din yang dinilai melanggar hukum internasional dan tidak menghargai budaya peninggalan umat manusia.
Shaykh Assim al-Hakim, dalam Huda Live, yang dipublikasikan di Youtube pada (10/7/2012), menyindir orang-orang yang mengutuk insiden penghancuran kubah kuburan di Timbuktu, tetapi diam saat pembantaian Muslim terjadi dimana-mana.
Syaikh Assim mengatakan bahwa ini sungguh mengherankan bagaimana Pengadilan Kriminal Internasional, PBB, UNESCO, mengutuk penghancuran beberapa kubah makam di Timbuktu yang mereka anggap situs kuno yang perlu dilindungi ini, sementara tragedi pembunuhan Muslim di Burma, di Suriah, dan semua pembunuhan terhadap Muslim di berbagai negeri, mereka diam dan tenang-tenang saja, bahkan cenderung dibiarkan.
Tetapi ketika sekelompok Muslim yang ingin menegakkan Tauhid dan memberantas kesyirikan serta simbol-simbol atau sarananya, orang-orang kafir dan munafik bersatu bekerjasama untuk melawan tindakan tersebut. Bahkan, saat ini di Timbuktu telah ada sekelompok orang dari komunitas Arab yang rela membentuk brigade bersenjata demi melindungi makam yang dikeramatkan.
"Apa berharganya tembok-tembok itu? Bukankah ada di Timbuktu tembok-tembok yang di dalamnya berisi mahkluk hidup (orang yang masih hidup -red)? Mengapa perhatian tentang kuburan melebihi (perhatian terhadap) mereka yang masih hidup?," demikian kata Sanda Ould Boumama, juru bicara jama'ah Mujahidin Ansar al-Din saat diwawancarai Sky News terkait perataan kuburan.
Kalimat tersebut seharusnya membuat kita sadar, bahwa urusan orang yang masih hidup lebih penting ketimbang orang yang sudah wafat. (siraaj/arrahmah.com)
Shaykh Assim al-Hakim, dalam Huda Live, yang dipublikasikan di Youtube pada (10/7/2012), menyindir orang-orang yang mengutuk insiden penghancuran kubah kuburan di Timbuktu, tetapi diam saat pembantaian Muslim terjadi dimana-mana.
Syaikh Assim mengatakan bahwa ini sungguh mengherankan bagaimana Pengadilan Kriminal Internasional, PBB, UNESCO, mengutuk penghancuran beberapa kubah makam di Timbuktu yang mereka anggap situs kuno yang perlu dilindungi ini, sementara tragedi pembunuhan Muslim di Burma, di Suriah, dan semua pembunuhan terhadap Muslim di berbagai negeri, mereka diam dan tenang-tenang saja, bahkan cenderung dibiarkan.
Tetapi ketika sekelompok Muslim yang ingin menegakkan Tauhid dan memberantas kesyirikan serta simbol-simbol atau sarananya, orang-orang kafir dan munafik bersatu bekerjasama untuk melawan tindakan tersebut. Bahkan, saat ini di Timbuktu telah ada sekelompok orang dari komunitas Arab yang rela membentuk brigade bersenjata demi melindungi makam yang dikeramatkan.
"Apa berharganya tembok-tembok itu? Bukankah ada di Timbuktu tembok-tembok yang di dalamnya berisi mahkluk hidup (orang yang masih hidup -red)? Mengapa perhatian tentang kuburan melebihi (perhatian terhadap) mereka yang masih hidup?," demikian kata Sanda Ould Boumama, juru bicara jama'ah Mujahidin Ansar al-Din saat diwawancarai Sky News terkait perataan kuburan.
Kalimat tersebut seharusnya membuat kita sadar, bahwa urusan orang yang masih hidup lebih penting ketimbang orang yang sudah wafat. (siraaj/arrahmah.com)