
Ia hidup di jalanan selama beberapa bulan sebelum akhirnya tinggal di
rumah singgah. Tiga kali, Tanya pindah rumah singgah, dan di tempat
terakhir Tanya tinggal cukup lama, hampir enam tahun.
"Selama waktu itu saya benar-benar sendirian. Saya tidak punya ibu,
tidak punya ayah dan tidak ada teman, tidak ada yang bisa menjadi tempat
saya mengadu, dan saya pikir saat itulah yang benar-benar membuka pintu
bagi saya, melakukan pencarian diri saya," ungkap Tanya.
"Ibu saya tidak pernah menanamkan akar yang kuat pada diri saya. Jadi
saya sendiri yang terlibat. Anda bisa bilang bahwa saya kurang
mendapatkan ajaran tentang kekristenan, untuk itu saya mulai mengunjungi
Gereja Pantekosta. Setiap hari Minggu saya berharap bisa pergi ke
gereja, karena saya tidak mendapatkan pendidikan spiritual yang cukup di
rumah," sambung Tanya.
Setiap menghadiri sekolah Minggu di gereja, Tanya selalu melontarkan
banyak pertanyaan, salah satunya tentang siapa Yesus. Ketika guru
sekolah Minggunya menjelaskan tentang Yesus, Tanya teringat teori klasik
"telur" yang terdiri dari cangkang, putih telur dan kuning telur. Jika
salah satunya diambil, maka telur itu tidak utuh lagi. Begitulah
gambaran konsep Trinitas dalam kepala Tanya, dimana Yesus dijelaskan
sebagai Bapak, Anak, sekaligus roh kudus.
"Saya mengakui, tapi saya merasa ada sesuatu yang hilang dalam ajaran tersebut," ujar Tanya.
Menemukan Jalan Islam
Saat di sekolah menengah, Tanya sempat aktif dalam berbagai kegiatan
gereja. Tapi kemudian ia keluar lagi dari aktivitas gereja dan lebih
senang berkumpul dan bersenang-senang dengan teman-teman sebayanya.
Meski demikian, pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat kehidupan kerap
mengganggu pikirannya.
"Ada seorang siswa di kelas saya yang Muslim. Saya mencoba
menjelaskan kepadanya lebih banyak tentang Kristen dan ia juga
menjelaskan kepada saya tentang Islam. Saya ingat, sempat berbincang
dengannya dan dia menyangkal hal-hal tertentu tentang kekristenan, dan
itu benar-benar memukul perasaan saya, bagaimana bisa ia menyangkal
beberapa hal dalam kekristenan," tutur Tanya.
Tanya tidak mau begitu saja terpengaruh dengan pendapat teman
muslimnya itu. Ia ingin melawan penyangkalan itu dengan pendapatnya
sendiri. Ia mulai pergi ke perpustakaan dan mencari tahu tentang apa
itu agama, Islam, Kristen, semua agama. Dan pintu itu mulai terbuka buat
Tanya, pintu menuju keislaman.
"Yang membuat saya tertarik kepada Islam adalah keindahan di
dalamnya. Ketika saya mulai membaca buku-buku tentan Islam, saya
dihadapkan pada diri saya sendiri, mulai dari didikan masa kecil dan
gaya hidup saya pada waktu itu. Saya pada dasarnya hanya menjalani
hidup, tanpa arah tertentu," ujar Tanya.
"Kondisi itu membuat jiwa saya trauma. Saya tidak bisa makan, tidak
bisa tidur, tidak bisa berpikir, tidak bisa hidup layak lagi, saya
tidak tahu mana yang benar dan mana yang tak masuk akal. Saya bisa tidak
tidur sehari semalam, hanya untuk mencoba mendapatkan pegangan yang
bisa bicara tentang Tuhan, agar saya mengetahui siapa Dia. Sampai titik
ini, saya pikir Tuhan itu hanya nama, Ia tidak hidup, Ia tidak ada di
hati saya," papar Tanya.
Ia masih ingat, pada suatu malam, ia berlari ke luar akhir sambil
menangis dan berkata, "Tolong jawab saya, memberi saya petunjuk, beri
saya pijakan, beri saya pegangan, saya sedang tersesat."
Tanya merasa putus dan tidak ingin hidup lagi. Tapi ia sadar tidak
bisa merenggut nyawanya sendiri. Pada saat yang sama, ia bingung Tuhan
yang mana yang akan ia mintai pertolongan. Apakah Tuhan dalam agama
Kristen atau Tuhan dalam agama Islam?
"Tolong beri aku jawaban, saya perlu tahu, saya tidak bisa terus seperti ini," doa Tanya lagi.
Tuhan mendengar permohonan Tanya, karena dalam waktu dua hari, ia
mendapatkan jawaban itu. "Saya sedang berada belajar matematika untuk
kelasa 11, dan saya sedang membaca sebuah buku. Saya yakin sudah
mempelajari syahadat sendiri dari buku itu. Saya telah belajar tentang
Muhammad dan hal-hal lain tentang Islam … Ini dia, aku telah
menemukannya," tukas Tanya.
Perasaannya tiba-tiba penuh suka cita, air matanya membanjir dan ia
berlari keluar kelas. Seorang gurunya bertanya, "Tanya, kau mau
kemana?". Tanya tidak menjawab, ia terus berlari menuju kamar mandi.
Saat itu Tanya belum tahu soa wudu, tapi saat di kamar mandi, ia
menyiram wajahnya agar bersih.
"Saya pikir waktu itu saya sedang mencoba berwudu. Tapi sata cuma bisa bilang ‘aku sudah menemukannya’" ungkap Tanya.
Ia lalu melihat seorang muslimah berjilbab dan bertanya, "Apakah kami
seorang Muslim?". Siswi berjilbab itu menjawab "Ya." Tanya lalu meminta
waktu untuk bicara. Setelah itu, siswi muslimah itu mengundang Tanya ke
rumahnya.
Ketika bertemu dengan keluarga siswa muslimah itu, Tanya diberi
pakaian, buku-buku dan makanan. Tanya sangat terkesan dengan keramahan
keluarga itu. Ia lalu diajak ke masjid dan di masjid itulah Tanya
akhirnya bersyahadat, meski kesulitan mengucapkannya, Tanya merasa
bahagia setelah dinyatakan resmi menjadi seorang muslim.
"Hidup saya berubah total setelah masuk Islam. Sekarang saya tahu,
mengapa saya ada di dunia dan kemana saya akan menuju. Saya akan kembali
pada Sang Pencipta saya kelak," tandas Tanya.