Paginya, ACT tiba di pantai
Sittway. "Kami sudah tidak melihat lagi perahu pengungsi di pelabuhan.
Saya sempat berprasangka buruk akan nasib para pengungsi itu, karena sempat
tersiar ada penghadangan di dekat pelabuhan. Meskipun kami berharap, para
pengungsi telah menuju pantai dekat kamp pengungsian Rohingya," ungkap
Doddy.
Saat ini ada 10 kamp
pengungsian muslim Rohingya di utara kota Sittway, yaitu : 1. Thakopyin (12416 jiwa), 2. Kanduka (1686 jiwa), 3.
Bodufa (8559 jiwa), 4. Dapi (11197 jiwa), 5. Thechun (19430 jiwa), 6. Sethema
(5750 jiwa), 7. Sanpya (1805 jiwa), 8. Bumay Wyagon (749 jiwa), 9. Duamrun
(1069 jiwa), 10. Than Tawli (1435 jiwa). Jumlah nya hampir mencapat 70.000 ribu
jiwa.
Seusai meninjau
pelabuhan, ACT berkeliling kota untuk beberapa saat. Aparat tak terlalu banyak,
meski terlihat berjaga sejumlah tempat. Kamis, 25 Oktober, dari pantauan
dan informasi yang langsung ACT terima, lokasi menuju ke kamp muslim Rohingya
memang tertutup. Ketika ACT berusaha menyewa mobil untuk ke lokasi kamp, tidak
ada satupun tempat penyewaan mobil yang berani mengantarkan ACT ke lokasi.
Terlalu beresiko kata mereka. Kenyataan yang sama juga diinfomasikan oleh rekan
NGO dari negara lain. Wah jangan harap bisa ke Se Tha Ma Gyi (Lokasi tempat
pembangunan Shelter ACT) hari ini,kata mereka. Bahkan mobil sewaan partner
lokal ACT di Sittway juga menolak mengantarkan ACT ke lokasi pengungsian. “Kami
masih ingin hidup Mr Doddy” kata mereka.
Perlu di ketahui
bahwa lokasi menuju kamp-kamp pengungsian muslim harus melalui sebuah desa
muslim yang bernama Bumay. Desa ini sekitar 1 kilometer dari tempat Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel milik pemerintah Rakhine State, yang ada disuatu
perempatan jalan. Dari perempatan jalan tersebut, desa Bumay terletak di
seberang rel kereta api. Infomasi yang diterima oleh ACT sebelumnya, lokasi
menuju desa Bumay ini diblokade oleh ramai orang, padahal jalan itulah
satu-satunya yang bisa mencapai kamp Rohingya.